Minggu, 30 September 2012

TEORI TERBENTUKNYA BUMI


1. Teori Kontraksi Terbentuknya Permukaan Bumi
Menurut teori ini, Bumi telah mengalami pendinginan dalam jangka waktu yang sangat lama. Massa yang panas bertemu dengan udara dingin membuatnyamengerut. Zat yang berbeda-beda menyebabkan pengerutan yang tidak 
sama, antara tempat satu dengan tempat yang lain. Inilah salah satu penyebab mengapa daerah satu dengan daerah lainnya berbeda bentuk. Teori ini dikemukakan oleh James Dana dan Elie Baumant. Ia menganalogikan Bumi dengan buah apel, yang apabila dalamnya kering maka kulit apel akan mengerut.
Pendapat ini banyak dikritik, karena tidak mungkin penurunan suhu (pembentuk pegunungan dan lembah) berlangsung sangat drastis. Padahal kenyataannya, didalam bumi masih terdapat unsur pijar dan lapisan bumi yang terus mengalami pergerakan.
2. Teori Laurasia-Gondwana tentang Terbentuknya Permukaan Bumi
Muka Bumi selalu mengalmai 
perubahan atau perkembangan. Perubahan ini terus berlangsung hingga kini, ditunjukkan dengan adanya pergerakan/pergeseran daratan(benua). Jika dirunut pada sejarah masa lalu, sebenarnya benua-benua besar (supercontinent) yang oleh Eduard Suess diberi nama Laurasia (dibagian utara) dan Gondwana Land (dibagan selatan). Adapun lautan besarnya bernama ekuator. Rotasi Bumi membuat sebagian benua terakumulasi di daerah ekuator dan belahan Bumi barat.
3. TEORY CONTINENTAL DRIFF (PENGAPUNGAN BENUA)
Alfred Wegener memulai pendidikan di Jurusan Astronomi Universitas Berlin dan meraih gelar Ph.D pada tahun 1904. Dia tertarik dalam pengembangan di bidang metereologi dan klimatologi (dia menikahi putri metereologist dan klimatologist, Wladimir Köffen). Bukunya The Thermodynamics of the Atmosphere menjadi teks book standar dalam bidang metereologi. Wegener menjadi bagian dari beberapa ekspedisi ke Greenland untuk mempelajari pola sirkulasi udara.
Pada ekspedisi terakhirnya di Greenland, Alfred Wegener dan rekannya Rasmus Villumsen tersesat dan hilang pada bulan November 1930. Jasad Wegener ditemukan pada 12 Mei 1931. Penyebab tewasnya diperkirakan akibat kegagalan fungsi hati.
Dalam penelitiannya, dipertengahan tahun 1911 di perpustakaan Universitas Marburg Wegener menemukan tulisan ilmiah mengenai identifikasi fosil dalam strata geologi yang terpisah oleh samudera. Penjelasan dari teori pada waktu itu adalah adanya jembatan berupa daratan sehingga hewan dan tumbuhan dapat bermigrasi melintasi samudera. Tetapi Wegener beranggapan bahwa daratanlah yang saling terpisah setelah sebelumnya bersatu sebagai supercontinent yang selanjutnya terpisah sejak 180 juta tahun yang lalu. Hal ini berdasarkan fosil, bentuk benua dan iklim. Contoh dari bentuk benua adalah kecocokan garis pantai benua Afrika dan Amerika Selatan. sebaran batubara di Eropa bersambung dengan batubara di Amerika Utara. Wegener juga menjelaskan bahwa fosil Mesosaurus dan Lystrosaurus ditemukan di tempat yang dipisahkan oleh lautan.
Sejak 1912 beliau memperkenalkan teori Pengapungan Benua (continental drift) dimana semua benua bersatu dan kemudian terpisah satu dengan yang lainnya. Pada tahun 1915 dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans Wegener mempublikasikan keberadaan satu benua raksasa (supercontinent) yang diberi nama Pangaea yang berarti All-Lands atau All-Earth dan menunjukkan berbagai bukti dari banyak sumber.
Teori Continental Drift menyatakan bahawa permukaan Bumi terletak di atas kerak bumi yang tipis. Kerak bumi ini senantiasa bergerak disebabkan pergerakan magma dibawah kerak bumi. Segmen kerak bumi ini dikenali sebagai plat tektonik. Hipotesa utama dari continental drff (pengapungan benua) bahwa adanya satu “super continent” yang dinamakan pangea dan dikelilingi panthlasa lalu sekitar 200 juta tahun yang lalu super kontinen ini pecah menjadi benua yang lebih kecilyang kemudian bergerak ke tempatnya.
Sedangkan hipoptesa lainnya menyatakan bahwa pada mulanya ada dua super kontinen , yaitu pangea utara yang disebut juga Laurasia, dan pangea selatan yang disebut jugaGondwanaland. Kedua benua ini dipisahkan samudra Tethys.
Wegener mempresentasikan banyak bukti mengenai teori Pengapungan Benua akan tetapi belum dapat memberikan penjelasan mengenai mekanisme penyebabnya. Meski memiliki beberapa pendukung sepertiAlexander Du Toit dari Afrika Selatan dan Arthur Holmes dari Inggris, banyak rekasi yang menentang teori ini termasuk American Association of Petroleum Geologists yang menyelenggarakan simposium untuk memperdebatkan teori Pengapungan Benua pada tahun 1925 dan banyak lagi ilmuan lainnya seperti geologist Franz Kossmat dan George Gaylord Simpson pada tahun 1943.
Pada awal dekade 1950-an dikembangkan paleomagnetisme sebagai ilmu pengetahuan baru di Cambridge University oleh S. K. Runcorn dan di Imperial College oeh P.M.S. Blackett yang banyak memberikan data untuk mendukung teori Wegener. Pada awal tahun 1953, sampel dari India menunjukkan daerah ini dulunya terletak pada lintang selatan sesuai prediksi Wegener. Tahun 1959 telah cukup data dan bukti untuk membuka pikiran sehingga teori Pengapungan Benua lebih bisa diterima. Di Inggris pada tahun 1964, Royal Society menggelar simposium tentang teori ini. Tambahan pada dekade 1960-an dengan ditemukannya pemekaran tengah samudera (seafloor spreading) dan Wadati-Benioff zones menjadikan teori ini menjadi dasar teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic) yang sangat populer sampai sekarang. Wegener menjadi salah satu tokoh revousi ilmu pengetahuan di abad 20.
The Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research di  Bremerhaven, Jerman didirikan untuk menghormati dan mengenang Wegener. Selain itu The European Geosciences Union mensponsori Alfred Wegener Medal & Honorary Membership untuk ilmuwan yang berprestasi secara internasional dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang atmosfir, hidrology dan ilmu kelautan berdasarkan pemikiran dan nalurinya dalam mempelajari dan menguak rahasia alam.
Benua-benua tidak diam ditempatnya
Francis Bacon pada tahun 1620 membuat peta dunia yang menekankan adanya kemiripan garis tepi dari benua-benya yang dipisahkan oleh Samudra Atlantik. Kemiripan dari garis tepi tersebut diduga akibat Benua Amerika yang ada di sebelah barat Atlantik dan Benua Afrika yang ada di sebelah timur Samudra Atlantik saling memisahkan diri. Tetapi pada tahun 1668, Father Francois Placet menyangah hal tersebut dengan mengatakan bahwa Samudra Atlantik terbentuk semata-mata karena banjir Nuh. Sejak tahun 1800-an, kebanyakan dari para ahli geologi memegang aliran “Fixist” yang menyatakan bahwa sejak bumi terbentuk, cekungan samudra dan benua-benua tidak mengalami perpindahan sama sekali. Proses pendinginan bumi dalam fase pembentukan dari kondisi cair menjadi padat yang memakan waktu yang berbeda-beda di permukaan bumi menyebabkan benua dan samudra terbentuk. Prat dan Airy (1855) mengunakan konsep Isostasi untuk menerangkan pembentukan pegunungan dan cekungan, sedangkan Eduard Suess (1904-1924) menerangkan pembentukan cekungan samudra sebagai hasil dari peruntuhan kubah yang menyebabkan terbentuknya beberapa sistem blok sesar turun. Eduard berpendapat bahwa keserupaan flora dan fauna di Benua Amerika dan Afrika yang sekarang dipisahkan oleh Samudra Atlantik disebabkan karena keberadaan daratan penghubung antara keduanya yang kemudian runtuh.
Taylor pada 1910, berpendapat bahwa kerak-kerak yang ada berada pada posisi saat ini disebabkan oleh adanya gaya deformasi yang dihasilkan dari kekuatan pasang surut. Kemudian pada tahun 1915, Alferd Wegener mempublikasikan idenya tentang kemungkinan benua-benua yang ada saat ini dulunya bersatu tetapi kemudian pecah melalui konsep pengapungan benua (continental drift) melalui buku “The Origin of the Continents and Oceans”. Benua-benua yang bermasa jenis rendah dianggap mengapung di atas lantai samudra yang lebih berat. Wegener menentang adanya keberadaan daratan penghubung yang kemudian runtuh menjadi kerak samudra dan konsep isostasi. Pembentukan rangkaian pegunungan yang terjadi akibat kontraksi tidak akan dapat menyebabkan gerakan horizontal sehingga menyebabkan terjadinya pegunungngan. Wegener dalam bukunya yang keempat masih mengalami kesulitan untuk menerangkan gaya yang menyebabkan benua-benua yang mengapung tersebut bergerak.Wegener menyatakan bahwa gaya penyebab gerakan benua adalah gaya yang sama dengan gaya yang menyebabkan rangkaian pengunngan lipatan.
Ahli- ahli yang mendukung :
  1. Antonio Snider-Pelligrini, ahli paleontologi Prancis
“Creation and Its Mysteries Revealed” (1858)
  • Menunjukkan bentuk Afrika dan Amerika Selatan yang sesuai bila digabungkan
  • Mencatat adanya bukti fosil di Amerika Utara dan Eropa.
  1. Frank B. Taylor (1908), ahli geologi Amerika
  • Mengemukakan beberapa fakta yang dapat dijelaskan dengan apungan benua.
  1. Alfred Wegener, ahli meterologi Jerman
“The Origin of the Continent and Ocean” (1915):
  •  Menunjukkan bukti geologi; kemiripan fosil yang dijumpai di Brazil dan Afrika. Membuat seri peta dengan tiga tahap pemisahan dari benua asal “Pangea”.
  • Menganggap benua mempunyai komposisi granitik yang ringan, mengapung di atas lantai samudra yang berkomposisi lebih padat, bergerak akibat rotasi bumi.
Beberapa ahli geologi dan geofisika menolak dan beberapa penelitian mendukung teori ini, diantaranya :

  1. Alexander L. du Toit, Afrika Selatan
“Our Wandering Continents” (1973)
  • Membandingkan bentuk bentang alam dan fosil di Afrika dan amerika Selatan dalam buku
  1. Arthur Holmes, Inggris
Menerbitkan “Principles of Physical Geology (1944)
  • Arus konveksi di dalam mantel bumi dan benua dianggap sebagai bongkah-bongkah pasif yang menumpang di atas arus konveksi tersebut dan bergerak secara bebas.
  • Punggung tengah samudera (Mid Oceanic Ridge) merupakan tempat naiknya arus konveksi dari mantel ke permukaan. Palung samudera (trench) merupakan arus konveksi masuk ke dalam mantel.

4. Teori Lempeng Tektonik (Geografi)
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid).
Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik.
Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen.
Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
2. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another).
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).
Konvergen lempeng benua—samudra (Oceanic—Continental)
Konvergen lempeng samudra—samudra (Oceanic—Oceanic)
Konvergen lempeng benua—benua (Continental—Continental)
Bagaimana Dengan Indonesia?
Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.
sumber: google.com/web.teorilempeng tektonik….

Tidak ada komentar: